Minggu, 01 April 2012

Anggota Kelompok:


Awal pemikiran munculnya paedagogi praktis berasal dari asumsi bahwa sebagai ilmu pengetahuan, hendaknya dapat membawa kesejahteraan untuk umat manusia khususnya dalam bidang pendidikan. Ada petuah yang mengatakan bahwa memberik kehidupan adalah hal yang baik, merawat kehidupan adalah pemberian kehidupan yang jauh lebih baik. Dalam perawatan kehidupan, alat yang terbaik adalah pendidikan. Paedagogi yang awalnya bersifat abstrak dan teoritis tidak dapat mencapai tujuan dari ilmu pengetahuan seperti yang telah disebutkan di atas. Paedagogi tidak sekedar membutuhkan pemahaman untuk mencapai tujuan tersebut, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya dengan tepat.

Bila kita bernostalgia; mendengarkan cerita orang tua, mengenai guru, ada kesan bahwa guru-guru pada abad ke-20 dianggap “benar-benar seorang guru” sebab guru pada abad ke-20 itu melaksanakan kewajibannya dengan baik dan terarah. Ilmu yang mereka miliki dapat disalurkan kepada muridnya dengan baik. Tanggung jawab sebagai seorang guru benar-benar dilaksanakannya, yaitu memahamkan muridnya mengenai materi yang diajarkan, walaupun kadang-kadang terlalu tegas hingga harus “main pukul.”

Bertolak belakang dengan abad ke-20, guru pada abad ke-21 kebanyakan takut berhadapan dengan orang tua murid. Bila murid bermasalah, kebanyakan guru tidak berani memberikan hukuman seperti pada abad ke-20 sehingga murid juga tidak terlalu takut dengan gurunya. Akibatnya, kebanyakan murid tidak memperhatikan dengan baik ketika suatu materi sedang diterangkan oleh guru. Hal ini tentu mempengaruhi pemahaman murid dimana banyak sekali murid yang tidak paham tentang materi tersebut yang membuat para murid harus mengikuti les privat untuk mendapatkan pemahaman lebih.

Selain itu, kebanyakan guru-guru pada abad ke-21 juga lebih berfokus pada gaji yang mereka dapatkan. Hal ini membuat para guru menjadi lupa tentang tanggung jawab mereka yang sebenarnya, yaitu memahamkan suatu materi kepada murid-muridnya. Guru-guru yang berfokus pada gaji mereka cenderung tidak memperhatikan tanggung jawab tersebut. Mereka hanya memberikan materi secukupnya dan tidak mempedulikan apakah murid-muridnya sudah benar-benar paham atau belum. Hal tersebut terjadi karena mereka hanya ingin mendapatkan gaji dari pekerjaan mereka sebagai guru dan tidak benar-benar mempunyai jiwa untuk menjadi seorang guru yang benar-benar profesional yang lebih mengutamakan tanggung jawab daripada gaji yang didapatkan.

Seiring perkembangan pengetahuan dan teknologi, guru dituntut untuk tidak hanya memiliki pemahaman dalam ilmu yang diajarkan kepada anak muridnya, tetapi juga kemampuan untuk dapat mengkonkritkan konsep pemikirannya akan pengajaran yang secara konvensional bersifat abstrak. Konkritnya pemikiran guru akan memudahkan kedua belah pihak baik guru itu sendiri maupun anak murid yang dia ajarkan. Guru akan dengan mudah mentransformasikan ilmunya sehingga ilmu tersebut dapat dikemas secara sederhana namun padat dan tepat sasaran untuk anak muridnya. Dengan demikian, guru akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam pengajaran sehingga pemahaman murid pun bisa lebih maksimal.

Konkritnya ilmu pengetahuan oleh guru, dalam hal ini adalah paedagogi, seharusnya diikuti oleh berkembangnya teknik pengajaran guru tersebut. Dari sisi pandang ini, guru seharusnya tidak lagi hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pembelajar. Dan seiring dengan pembelajarannya, guru akan memperoleh teknik-teknik pengajaran yang cocok dengan dirinya sendiri maupun dengan muridnya. Dengan teknik pengajaran tersebut, diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien bagi guru maupun muridnya.

Jadi, kesimpulannya adalah paedagogi pada awalnya hanya bersifat konseptual dan abstrak. Oleh karena itu, guru yang baik perlu mengkonkritkan konsep-konsep paedagogi tersebut sehingga dapat membantu mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, yaitu memahamkan murid-muridnya. Disinilah terletak arti dari paedagogi praktis tersebut, yaitu menerapkan ilmu-ilmu paedagogi yang awalnya abstrak dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar