Senin, 30 April 2012

Micro Teaching

KELOMPOK 7
Dhita                    (10-009)
Steven                  (10-025)
Ahmad Fauji         (10-060)
Venti                     (10-070)
Eva                       (10-081)
Putri                      (10-083)
Weillun                  (10-123)

OBSERVASI
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 15 April 2012 . Kelompok mencoba sensasi baru dengan mengumpulkan anak-anak berumur sekitar 6-10 tahun di rumah terdekat lalu kelompok mengunjungi salah satu rumah murid untuk melihat dan mencari tahu kesulitan-kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah. Berdasarkan hasil observasi kelompok mengetahui bahwa kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah adalah pelajaran bahasa inggris, matematika dan kewarganegaraan. Dari ketiga pelajaran tersebut, yang menjadi masalah utama adalah bahasa Inggris, sedangkan pelajaran lainnya hanya ditemui pada beberapa murid. Kelompok memutuskan untuk mengajarkan bahasa inggris pada mereka dikunjungan pertama untuk mengetahui sejauh mana pmahaman mereka dikarenakan kelompok melihat mereka cukup lemah dalam berbahasa inggris. Dan kelompok merasa penting bahwa mereka perlu mengetahui lebih baik dalam berbahasa inggris dengan bahasa inggris yang sudah menjadi bahasa internasional akan memudahkan mereka dalam proses pembelajaran. Kelompok melakukan kunjungan kedua pada hari Sabtu, 21 April 2012 dengan tujuan untuk melihat sejauh mana perkembangan mereka.

PERENCANAAN
Konsep micro teaching
1. Landasan Teori
           Mulai abad 21, proses pembelajaran dengan konsep micro teaching sudah sangat populer di dunia pendidikan, tetapi kebanyakan para pendidik kurang memahami makna pendidikan. Mereka selama ini hanya sebatas melakukan tugas mereka sebagai pengajar dan melupakan tugas utama mereka sebagai pendidik dan pembimbing. Untuk itulah, perlu diluruskan kembali makna dari proses pendidikan. Oleh karena itu, kami berusaha memahami konsep micro teaching melalui teori guru yang baik, seni dan ilmu mengajar serta paedagogi praktis. Seperti yang diketahui, paedagogi praktis tidak hanya mengetahui apa yang dituliskan di teori tapi dengan mengaplikasikannya dengan melaksanakan micro teaching ini. Bagi pendidik, paedagogi praktis tidak hanya berbicara mengenai seni mengajar melainkan juga mendorong banyak pendidik untuk mendesain ulang pemahaman akan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Pendidik harus mempertimbangkan pemberdayaan siswa sebagai penyambung generasi masa depan. Dengan adanya pedagogi praktis,maka konsep pedagogi yang abstrak bisa menjelma menjadi pedagogi yang konkrit yang artinya tidak hanya sekedar dipahami tetapi juga bagaimana cara mengaplikasikannya. Bagi peserta didik,mereka menjadi mampu memahami pedagogi yang konkrit ini dengan bimbingan guru yang baik.

Adapun ciri-ciri guru yang baik itu antara lain:
  •     Memiliki kesadaran akan tujuan
  •     Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
  •     Mentoleransi ambiguitas
  •     Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
  •     Merasa kurang nyaman jika kurang mengetahui
  •     Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
  •     Belajar dari berbagai model
  •     Menikmati pekerjaan dan siswa mereka sendiri.
Untuk menjadi guru yang baik maka pendidik seharusnya memilik beberapa kualitas seperti berikut:
  •     Confidence
  •     Patience
  •     True compassion for their students
  •     Understanding
  •     The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
  •     Dedication to excellence
  •     Unwavering support
  •     Willingness to help student achieve
  •     Pride in student’s accomplishments
  •     Passion for life
              Apabila seorang guru sudah memilik beberapa ciri-ciri di atas,seorang guru tidak dituntut untuk hanya bisa memiliki pengetahuan teoritis yang tinggi. Tetapi seorang guru juga harus memiliki seni dalam ilmu mengajar. Maksudnya pendidik mampu memahamkan teori kepada peserta didiknya dengan cara yang unik dan menyenangkan. Interaksi yang terjadi diantara peserta didik dan pendidik tidak monoton. Maksudnya dalam proses pendidikan tidak hanya berasal dari guru saja tetapi bisa di dapat dari banyak cara. Dalam proses belajar-mengajar seorang guru tidak hanya ‘asik’ sendiri dalam proses pembelajaran. Tetapi mengajak siswanya untuk ikut berpikir. Selain itu, dalam proses micro teaching seorang guru yang sudah memenuhi ciri-ciri di atas, maka dalam hal meningkatkan motivasi peserta didik, pendidik dapat memberikan reward, baik berupa hadiah maupun pujian. Pendidik senantiasa tersenyum walaupun peserta didik membuat kesalahan agar mereka tidak merasa diremehkan.

2. Lokasi
Jl. Dr. Mansyur, Gang Sipirok No. 8C

3. Waktu
Minggu, 15 April 2012 pukul 15.00-18.00
Sabtu, 21 April 2012 pukul 12.05-15.00

4. Rencana Kegiatan
Minggu, 15 April 2012
  •     15.00 – 15.20 perkenalan
  •     15.20 – 17.50 micro teaching
  •     17.50 – 18.00 penutupan

Sabtu, 21 April 2012
  •     12.10 – 12.20 perkenalan
  •     12.20 – 14.45 micro teaching
  •     14.45 – 15.00 penutupan

5. Perlengkapan
  •     Handy cam
  •     Kamera
  •     Alat tulis
6. Perincian Biaya
  •     Ongkos : 6000 x 7 = 42.000
  •     Reward : 5000 x 4 = 20.000
  •     Jumlah = Rp 62.000,00

PELAKSANAAN
       Pelaksanaan micro teaching kelompok kami sesuai dengan perencanaan yang telah kami rencanakan. Kami melakukan kegiatan micro teaching di salah satu rumah di Jalan Dr. Mansyur Gg. Sipirok no.8c dengan mengumpulkan anak-anak berumur sekitar 6-10 tahun (kelas I, IV, V SD). Kunjungan pertama kami laksanakan pada hari Minggu,15 April 2012. Setiba di lokasi kami memulai pembicaraan dengan orangtua murid dan murid untuk membangun rapport. Setelah rapport mulai terbentuk dan anak sudah mulai bisa untuk menerima kami, kami pun langsung memulai proses mengajar. Awalnya kami mengajar murid satu per satu yang terdiri dari Ferdy, Ata, dan Nila serta membantu mereka memahami dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka di sekolah. Keempat orang teman kami (Weillun, Steven, Eva, dan Fauzi) melihat dan mencari tahu kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah. Kami menemukan bahwa mereka mengalami kesulitan pada pelajaran bahasa Inggris, Kewarganegaraan, dan Matematika. Akan tetapi, pelajaran yang paling tersulit untuk mereka bertiga adalah bahasa Inggris hingga pada akhirnya kami memutuskan untuk mengajarkan pelajaran tersebut kepada ketiga murid ini di kunjungan kedua.
      Kunjungan kedua kami laksanakan pada hari Sabtu, 21 April 2012. Kami memulai perjalanan dari kampus ke lokasi pada jam 12 siang dan tiba di sana sekitar jam 12.10. Setiba di lokasi kami juga memulai pembicaraan dengan orangtua murid dan murid. Di kunjungan kedua ini kami sudah melaksanakan proses micro teaching. Dalam pelaksanaan micro teaching ini, kami mengajarkan ketiga peserta didik tersebut (Ferdi, Ata, dan Nila) untuk berbicara dalam Bahasa Inggris (conversation). Kami mengajarkan mereka tentang bagaimana untuk memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Ketiga orang teman kami yaitu Weillun, Steven, dan Putri membimbing mereka dengan penuh kesabaran. Dimulai dengan kata “Hi” untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada mereka arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut dengan mengucapkan salam yaitu “Good Afternoon” sambil tetap menjelaskan arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut lagi dengan alamat rumah, nama sekolah, kelas, cita-cita dan diakhiri dengan sapaan untuk mengakhiri pembicaraan. Dalam mengajarkan conversation ini, tiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbicara dan bila mereka berhasil mengucapkannya dengan benar kami akan bertepuk tangan dan tersenyum manis. Akan tetapi, bagi yang pengucapannya belum benar, kami tidak menghukum melainkan mengajarkan kembali kepada mereka bagaimana pengucapan yang benar hingga akhirnya mereka bisa mengucapkannya dengan benar.
      Setelah selesai mengajarkan conversation tentang perkenalan diri, kami melanjutkan dengan belajar menyebutkan anggota tubuh dalam bahasa Inggris. Disini kami menunjuk salah satu bagian anggota tubuh dan mengatakan pada mereka nama anggota tubuh tersebut dalam bahasa Inggris dan meminta mereka untuk mengulangnya dengan tujuan supaya mereka dapat lebih mengingat nama tersebut. Misalnya Putri menunjuk hidung dan mengatakan “nose”, lalu menanyakan kembali kepada adik-adik tersebut sambil menunjuk hidung “ini apa adik-adik?” Lalu mereka menjawab “nose” dan begitu seterusnya. Dalam mengajarkan hal ini tentu saja kesabaran dibutuhkan karena kemampuan kognitif setiap orang berbeda-beda.Disamping itu untuk menghindari kebosanan selama proses micro teaching ini, kami mengadakan kuis kecil-kecilan yang memberikan reward bagi yang berhasil menjawab apa yang ditanyakan. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan motivasi peserta didik sehingga mereka lebih semangat lagi untuk mempelajari bahasa Inggris.
      Oleh karena itu, bisa dilihat bahwa selama proses kegiatan micro teaching ini kami sebagai guru yang baik memiliki beberapa kualitas yaitu percaya diri yang ditunjukkan selama proses pengajaran, kesabaran, pemahaman, mendukung mereka sepenuhnya, dan memiliki kemauan untuk membantu mereka mencapai keberhasilan.

LAPORAN KEGIATAN
       Dari mulai perencanaan dengan berdiskusi tentang konsep micro teaching kelompok, subjek yang menjadi target, dan landasan teori yang menjadi bukti empirik, hingga pada pelaksanaan yang cukup memuaskan menurut kelompok. Menurut kelompok, tanpa perencanaan yang matang serta anggota kelompok yang berkomitmen untuk menyelesaikannya, kelompok merasa ini pasti tidak akan selesai sesuai perencanaan yang sudah meliputi konsep, landasan teori, dan subjek paedagogi apabila ada satu saja kelompok yang tidak bertanggung jawab dan berkomitmen.
      Di dalam pelaksanaan, kelompok merasa tidak bisa sepenuhnya sesuai dengan rencana sebab tergantung individu yang akan kami terapkan konsep ini, namun semua itu tidak menjadi masalah sebab semua anggota bekerja sebagai satu tim yang berkontribusi sehingga bisa terlaksana micro teaching ini dengan baik dan tepat sasaran sesuai perencanaan. Dalam proses pelaksanaan, yang dimulai dari tahap observasi (perkenalan diri dengan subjek paedagogi kelompok) kelompok memulainya dengan “senyuman” dan “friendly approach” serta sering menyebutkan nama mereka saat proses micro teaching berlangsung dengan harapan bisa menimbulkan interaksi antara peserta didik dan pendidik. Obrolan singkat dengan peserta didik membuat kami mengetahui apa yang mereka butuhkan sehingga kelompok memutuskan untuk menyusun strategi apa yang sesuai dengan peserta didik demikian. Kelompok menggunakan konsep guru yang baik dimana sudah kelompok cantumkan dalam landasan teori. Sesuai dengan landasan teori kelompok sehingga kelompok mengaplikasikannya ke dalam micro teaching kali ini.

Beberapa dari ciri-ciri guru yang baik, yang sudah berhasil kelompok terapkan dalam kegiatan micro teaching ini, yaitu:
1. Memiliki kesadaran akan tujuan
   Dalam kegiatan micro teaching ini kelompok sadar akan tujuan yang dimiliki. Tujuannya adalah dapat menambah pengetahuan mereka mengenai bahasa Inggris dan memudahkan mereka mempelajari bahasa Inggris sehingga dapat bermanfaat untuk ke depannya.
2. Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
   Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Inggris sudah menjadi bahasa Internasional, maka kami sangat berharap dengan pelajaran yang kami ajarkan ini dapat bermanfaat untuk keberhasilan mereka dalam mencapai cita-cita.
3. Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
   Kelompok berkomitmen untuk mengajar dengan baik dan mengeluarkan kemampuan sepenuhnya untuk mengajar mereka sesuai dengan kemampuan yang dimiliki semksimal dan seoptimal mungkin.
4. Menikmati pekerjaan dan siswa
   Kelompok sangat enjoy dalam membawakan materi bahasa Inggris kepada mereka. Kelompok menikmati proses dan juga interaksi yang terjadi diantara pendidik dengan mereka semua. Walaupun cukup susah dalam mengajarkan materi tersebut kepada mereka, tapi pendidik terus berusaha untuk memahamkan materi tersebut kepada mereka. Hal tersebut karena pendidik sangat menikmati tugas mengajar tersebut dan tidak lupa dicerminkan dalam bentuk perilaku sehingga mereka merasakan kesungguhan pendidik dalam proses belajar mengajar.

Hasil Pelaksanaan
          Hasilnya adalah ketika diuji pada saat setelah pendidik selesai menjalankan tugasnya, dibentuklah sebuah kuis untuk menguji mereka dengan cara yang menyenangkan dan asik, yaitu dengan memberikan reward bagi yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawabnya dimana yang berhasil mendapat lebih banyak daripada yang tidak berhasil.
         Namun, yang menjadi pusat perhatian kelompok bukanlah seberapa banyak hadiah yang dapat mereka terima, tetapi proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan bagi mereka sehingga memahami materi yang pendidik sampaikan dengan perasaan senang. Dan alhasil, pendidik berhasil membuat suasana belajar yang menyenangkan, mereka tidak hanya mampu menjawab dengan berani, tetapi terlihat senyuman rasa senang dan percaya diri yang tersirat dalam wajah dan mata mereka dimana pada awalnya kelompok tidak melihatnya. Ternyata bila mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh, orang lain yang menjadi objek perilaku dapat merasakan pengaruhnya.
              Pendidik dalam kelompok kami yang dengan sabar mengajarkan materi pada mereka, menetapkan tujuan dari awal sebelum memberikan materi untuk dipelajari pendidik, selalu memberikan harapan pada peserta didiknya, berusaha meningkatkan motivasi, tidak merendahkan kemampuan mereka, berusaha mengerti apa yang sebenarnya yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik. Di usia mereka yang tergolong “children” dimana anak – anak pada usia ini sudah bisa mengerjakan sesuatu dengan kemampuan sendiri, dalam hal ini melihat apakah mereka bisa mengembangkan sifat “autonomy” ataukah “shame and doubt”. Pendidik meilhat apapun yang dapat diselesaikan peserta didik selalu dihargai dengan benar dan tepat, jadi jika mereka memang “benar” maka mendapat pujian yang pantas, namun tetap jika mereka “salah” atau “kurang tepat” mereka tidak dibentak atau dikatain, tetapi tetap mendapat pujian bahwa mereka hamper benar tinggal sedikit lagi. Dengan melakukan ini, kelompok berharap bisa mengembangkan sifat “autonomy” dalam diri daripada “shame and doubt”. Tidak lupa seiring dengan keberhasilan ataupun ketidakberhasilan mereka, pendidik tetap memberikan yang terbaik buat peserta didiknya.
           Dengan menerapkan itu semua, kelompok bisa membangkitkan semangat belajar mereka dimana terbukti dalam kunjungan kedua kelompok, peserta didiknya menjadi sedikit rajin dan mulai terlihat percaya diri mulai menunjukkan rasa ingin tahu mereka dimana pada saat kunjungan pertama mereka tidak memberikan pertanyaan sebelum ditanyaain. Ada perbedaan kunjungan pertama dengan kunjungan kedua walupun tidak terlalu signifikan, tetapi tetap terjadi perubahan, dan tentunya kea rah yang lebih baik, kelompok berharap pendidik pada abad 21 ini lebih memerhatikan apa yang diinginkandan dibutuhkan peserta didik, selalu melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu memberikan dukungan untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai dengan potensi atau bakat yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan peserta didiknya. “Children” bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun usiannya yang masih muda. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada peserta didik agar mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk diri mereka, karena memang seperti beginilah seharusnya tugas dan tanggung jawab seorang pendidik.

DOKUMENTASI AUDIO VISUAL


Testimoni
Lumayan seru, capek sudah pasti tapi menyenangkan. Saya merasa dengan adanya micro teaching ini, sepertinya kita kembali ke masa anak - anak. Spontan dan jujur dalam berkata-kata dan bertindak. Tidak hanya begitu saja, banyak pengalaman yang bisa diaplikasikan, seperti cara mengajar yang efektif, profil guru yang baik dan ideal itu sebenarnya seperti apa. Dimana sebenarnya guru yang baik itu, tidak perlu berpengetahuan tinggi dan berkompeten sekali, namun seorang guru harus memiliki tanggung jawab dan komitmen. Tidak perlu jauh-jauh mengambil pendekatan, prinsip teori belajar saja bisa menjadi contoh yang relevan. Pemberian stimulus-respon yang sederhana dengan menyebutkan "nama" dan memberi "senyuman" dan "dukungan" dapat memberikan reinforcement yang positif bagi mereka agar mereka menjadi semangat  dan serius belajar. Pokoknya program kegiatan micro teaching kali ini sangatlah bermanfaat bagi saya baik dalam hal pengalaman dan pengetahuan.

Senin, 23 April 2012

Testimoni Tentang kesan Perkuliahan tanggal 23 April 2012

      Hari ini seperti yang sudah diberitahukan dosen pengampu melalui FB Grup, Remedial UTS. Di fakultas psikologi sebenarnya tidak istilahnya remedial. Namun hari ini akan dilaksanakan Remedial Paedagogi. Mungkin remedial ini diadakan karena masih ada teman- teman yang belum sempat menjawab semua pertanyaan UTS. Tidak sempatnya menjawab mungkin karena beberapa hal seperti tidak mengerti soal ujian, koneksi yang lambat, lemot, dan lain sebagainya. Awalnya saya berpikir ini hanya untuk yang belum sempat menjawab, ternyata untuk semua mahasiswa yang mengikuti UTS Paedagogi. Untuk menjawab permasalahan mahasiswa dalam menjawab soal secara online karena tidak boleh bertanya saat ujian, maka dosen pengampu memilih untuk hadir pada pagi hari ini. Pada saat masuk, interaksi yang terjadi di antara dosen dengan kami, kurang terjadi mungkin karena tidak mengerti apa yang ditanyakan atau lagi merangkai kata-kata untuk menjawab. Baru mulai beberapa menit, dosen pengampu sudah memperingatkan, “Sekali lagi tak ada respon, saya akan keluar dari ruangan ini.” Ternyata benar-benar terjadi, setelah beberapa menit berlangsung dosen pengampu langsung keluar ruangan.

      Saya merasa bahwa dari awal kami semua mungkin kurang siap menghadapi perkuliahan hari ini. Tetapi kami harusnya bertanggung jawab atas diri sendiri sebagai mahasiswa. “Dengan tidak adanya dosen pengampu sebenarnya, kami semua bisa menguasai bahan materi yang lumayan sedikit ini.” Kata dosen pengampu sendiri. Dengan keluarnya dosen pengampu barulah bisa menyadarkan semuanya. Melihat interaksi yang terjadi hanya 1 arah yang harusnya 2 arah dalam proses belajar mengajar, memang benar semuanya belum siap menghadapi perkuliahan pagi ini. Pagi ini sebenarnya bisa menjadi kesempatan kita semua untuk bertanya kepada dosen pengampu tentang apa makna dari pertanyaan soal UTS kemarin, tetapi kurang bisa memanfaatkannya.

    Bila dikaitkan dengan teori paedagogi mengenai Seni dalam Ilmu Mengajar, dalam hal ini dosen pengampu telah menganggap kami sudah dewasa, harusnya bisa bertanggung jawab dalam dirinya sendiri. Namun ini mata kuliah paedagogi, dosen pengampu berusaha menerapkan prinsip paedagogi, yaitu membangun keaktifan belajar dengan memfasilitasi peluang belajar bagi kami di pagi hari ini. Walaupun proses pembelajaran berpusat pada siswa, pendidik tetap berperan sebagai pembimbing. Dosen pengampu berusaha menggunakan waktu ini untuk memfasilitasi peluang belajar bagi kami dan membangun keaktifan belajar sehubungan pada saat UTS tidak boleh bertanya, maka dipakailah waktu ini untuk bertanya pada dosen pengampu sebagai pembimbing. Dosen pengampu berusaha menciptakan interaksi yang terjadi 2 arah seperti yang ada dalam paedagogi, yaitu siswa yang baik mampu mengambil manfaat besar dari peran guru. Siswa aktif dalam proses belajar sebagaimana dengan arahan yang diberikan dosen pengampu. Di balik semua itu, dosen pengampu juga berusaha memahamkan kami dan membuat kami berpikir tentang soal nomor 2 di UTS yang diberikan itu sama kepada semua mahasiswa. Soal yang dikeluarkan sama, tetapi sebenarnya jawabannya itu bervariasi. Itu karena dosen pengampu ingin mengetahui pemahaman kami semua sebenarnya sudah sampai sejauh mana setelah mengikuti mata kuliah ini dikaitkan dengan teori dan sertakan argument kita. Dosen pengampu ingin kita lebih aktif baik dalam hal berpikir walaupun menalar. Tujuan pagi hari ini sebenarnya, dosen pengampu berusaha membuka kesempatan bagi kami untuk berproses dengan menyediakan peluang dan lingkungan yang dapat membangun keaktifan belajar. Mungkin karena pagi ini semuanya kurang siap menghadapi mata kuliah sehingga proses pembelajaran menjadi sedikit kurang adanya interaksi antara dosen pengampu dengan mahasiswanya.

Jumat, 13 April 2012

Testimoni UTS Paedagogi

             Hmm...mengikuti UTS dengan sistem online benar-benar menjadi pengalaman yang pertama bagi saya sendiri. Ini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Kami disuruh membuat postingan di blog masing-masing lalu dosen pengampu memberikan pertanyaan kepada kami. Nah, mengenai pertanyaan yang diberikan itu seperti susah - susah gampang. Walaupun dapat melihat referensi buku, namun kita tidak bisa menjiplaknya. Kita dituntut untuk berpikir kritis dan konseptual ketika menjawab pertanyaan yang diberikan. Memang benar kami dibekali oleh berbagai senjata seperti buku pegangan dan beberpa sumber dan internet, namun tidak menutup kemungkinan bagi kami untuk menjawab pertanyaan yang membuat kita untuk menggunakan nalar kita ketika menjawab soal yang diberikan oleh dosen pengampu. It's challenging and fun..^^

            Bila dihubungkan dengan teori yang terkait UTS paedagogi kali ini, maka yang kira-kira tepat menjelaskannya adalah penggunaan TIK baik dalam proses penerapannya, yaitu dalam hal ini Ujian Online. Kita memamg diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi segala kemungkinan jawaban yang ada, tetapi secara tidak langsung dosen pengampu sudah menerapkan prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pendidik hanya memberi stimulus kecil untuk membuat kita berproses, kemudian kita sendirilah yang  lebih aktif, inisiatif dan mandiri dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan wawasan dan membangun pribadi yang mandiri, kritis, dan bertanggung jawab pada diri sendiri.

Senin, 09 April 2012

UTS PAEDAGOGI

Paedagogi, TIK, dan Fenomena Kontemporer

          Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki pengaruh besar pada dunia di mana orang-orang muda hidup. Demikian pula, e-learning, yaitu proses belajar yang didukung atau difasilitasi oleh TIK, memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung pendekatan pengajaran, dengan tidak melupakan dimensi paedagogi. Setidaknya penggunaan e-learning atau pembelajaran yang didukung dengan TIK bermanfaat dalam beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
  1. Membantu pembuatan koneksi yang memungkinkan siswa untuk masuk dan menjelajahi lingkungan belajar  yang baru, mengatasi jarak dan waktu.
  2. Memfasilitasi pembelajaran bersama dengan memungkinkan siswa untuk bergabung atau menciptakan komunitas pelajar yang memperpanjang kegiatan belajar secara lebih baik dan efektif di luar kelas.
  3. Membantu dalam penciptaan lingkungan yang menunjang pembelajaran dengan menawarkan sumber daya yang memperhitungkan individu, budaya, atau perbedaaan perkembangan.
  4. Meningkatkan kesempatan untuk belajar bagi siswa dengan menawarkan pengalaman virtual dan alat-alat yang menghemat waktu mereka, sehingga memungkinkan mereka belajar lebih lanjut.
          Sekolah sebaiknya tidak hanya mengeksplorasi bagaimana TIK dapat menambah cara mengajar tradisional, tetapi juga bagaimana bisa membuka cara belajar baru dan berbeda. Namun demikian, sekali lagi penggunaan TIK yang mengbaikan dimensi paedagoginya merupakan praktik pendidikan yang menyimpang. Konsepsi ini mestinya diterima secara luas oleh guru, pembuat kebijakan bidang pendidikan, dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Observasi dan Perencanaan Mengajar

      Observasi dan perencanaan mengajar merupakan 2 konsep yang berjalan beriringan dan tidak terlepas dari Paedagogi. Oleh karena itu maka akan dijelaskan mengenai apa itu observasi dan apa pula yang dimaksud dengan perencanaan mengajar, antara lain:

        Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Tujuan dari dilakukannya observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian.

Observasi dapat dibedakan menjadi 2 jika ditinjau dari proses pelaksanaannya, yaitu:
  1. Observasi partisipatif: observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Artinya peneliti merupakan bagian dari subjek yang ditelitinya dan ikut melakukan kegiatan yang dilakukan oleh subjek.
  2. Observasi non partisipatif: observasi yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Artinya peneliti hanya mengobservasi dari jauh dan tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan subjek yang ditelitinya.

Adapun kelebihan observasi adalah sebagai berikut:
  • Dapat mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya pada waktu kejadian itu berlangsung atau sewaktu perilaku itu terjadi.
  • Dapat memperoleh data dari subjek secara langsung, baik yang dapat berkomunikasi secara verbal ataupun tidak.

Sedangkan Kelemahan Observasi adalah:
  • Diperlukan waktu yang lama untuk memperoleh hasil dari suatu kejadian.
  • Pengamatan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, tidak dapat dilakukan secara langsung.
  • Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, observasi memegang peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, observasi perlu dilakukan oleh guru untuk bisa mengetahui apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh anak didiknya. Hal tersebut penting untuk dilakukan jika guru tersebut ingin mencari solusi untuk meningkatkan keefektifan proses pengajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang penting dalam Paedagogi.

Perencanaan mengajar sangat dibutuhkan oleh seorang guru. Guru yang tidak mengerti bagaimana cara merencanakan pengajarannya pasti akan mengalami masalah ketika sedang mengajari anak didiknya, seperti tidak begitu mengerti tentang materi yang akan dibahas dan bagaimana cara menjelaskannya kepada anak didik, tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, tugas apa yang harus diberikan, cara mengajar yang seperti apa yang harus diterapkan untuk materi yang akan dibahas dan lain sebagainya. Biasanya, guru yang tidak merencanakan pengajarannya terlebih dahulu akan bertindak spontan ketika proses pengajaran telah dimulai. Akan tetapi, pada akhirnya guru tersebut tetap akan mengalami kesulitan yang jauh lebih banyak dari guru yang merencanakan pengajarannya terlebih dahulu.

Perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan materi pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar dan merumuskan media pembelajaran yang akan digunakan serta merumuskan evaluasi belajar. Fungsi perencanaan pengajaran adalah sebagai pedoman kegiatan guru dalam mengajar dan pedoman siswa dalam kegiatan belajar yang disusun secara sistematis. Adapun prinsip perencanaan pengajaran yang harus diperhatikan adalah:
  • Perencanaan pengajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
  • Perencanaan pengajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
  • Perencanaan harus memperhitungkan waktu yang tersedia.
  • Perencanaan pengajaran harus merupakan urutan kegiatan belajar-mengajar yang sistematis.
  • Bila diperlukan, perencanaan pengajaran bisa dilengkapi dengan lembaran kerja/tugas dan atau lembar observasi.
  • Perencanaan pengajaran harus bersifat fleksibel.
  • Perencanaan pengajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan, materi, kegiatan belajar dan evaluasi.

Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan mengajar sekalipun, guru perlu melakukan observasi untuk mendapatkan informasi-informasi yang akurat agar bisa menerapkan rencana pengajarannya secara efektif kepada peserta didiknya.

Daftar Pustaka:

Minggu, 01 April 2012

Anggota Kelompok:


Awal pemikiran munculnya paedagogi praktis berasal dari asumsi bahwa sebagai ilmu pengetahuan, hendaknya dapat membawa kesejahteraan untuk umat manusia khususnya dalam bidang pendidikan. Ada petuah yang mengatakan bahwa memberik kehidupan adalah hal yang baik, merawat kehidupan adalah pemberian kehidupan yang jauh lebih baik. Dalam perawatan kehidupan, alat yang terbaik adalah pendidikan. Paedagogi yang awalnya bersifat abstrak dan teoritis tidak dapat mencapai tujuan dari ilmu pengetahuan seperti yang telah disebutkan di atas. Paedagogi tidak sekedar membutuhkan pemahaman untuk mencapai tujuan tersebut, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya dengan tepat.

Bila kita bernostalgia; mendengarkan cerita orang tua, mengenai guru, ada kesan bahwa guru-guru pada abad ke-20 dianggap “benar-benar seorang guru” sebab guru pada abad ke-20 itu melaksanakan kewajibannya dengan baik dan terarah. Ilmu yang mereka miliki dapat disalurkan kepada muridnya dengan baik. Tanggung jawab sebagai seorang guru benar-benar dilaksanakannya, yaitu memahamkan muridnya mengenai materi yang diajarkan, walaupun kadang-kadang terlalu tegas hingga harus “main pukul.”

Bertolak belakang dengan abad ke-20, guru pada abad ke-21 kebanyakan takut berhadapan dengan orang tua murid. Bila murid bermasalah, kebanyakan guru tidak berani memberikan hukuman seperti pada abad ke-20 sehingga murid juga tidak terlalu takut dengan gurunya. Akibatnya, kebanyakan murid tidak memperhatikan dengan baik ketika suatu materi sedang diterangkan oleh guru. Hal ini tentu mempengaruhi pemahaman murid dimana banyak sekali murid yang tidak paham tentang materi tersebut yang membuat para murid harus mengikuti les privat untuk mendapatkan pemahaman lebih.

Selain itu, kebanyakan guru-guru pada abad ke-21 juga lebih berfokus pada gaji yang mereka dapatkan. Hal ini membuat para guru menjadi lupa tentang tanggung jawab mereka yang sebenarnya, yaitu memahamkan suatu materi kepada murid-muridnya. Guru-guru yang berfokus pada gaji mereka cenderung tidak memperhatikan tanggung jawab tersebut. Mereka hanya memberikan materi secukupnya dan tidak mempedulikan apakah murid-muridnya sudah benar-benar paham atau belum. Hal tersebut terjadi karena mereka hanya ingin mendapatkan gaji dari pekerjaan mereka sebagai guru dan tidak benar-benar mempunyai jiwa untuk menjadi seorang guru yang benar-benar profesional yang lebih mengutamakan tanggung jawab daripada gaji yang didapatkan.

Seiring perkembangan pengetahuan dan teknologi, guru dituntut untuk tidak hanya memiliki pemahaman dalam ilmu yang diajarkan kepada anak muridnya, tetapi juga kemampuan untuk dapat mengkonkritkan konsep pemikirannya akan pengajaran yang secara konvensional bersifat abstrak. Konkritnya pemikiran guru akan memudahkan kedua belah pihak baik guru itu sendiri maupun anak murid yang dia ajarkan. Guru akan dengan mudah mentransformasikan ilmunya sehingga ilmu tersebut dapat dikemas secara sederhana namun padat dan tepat sasaran untuk anak muridnya. Dengan demikian, guru akan menjadi lebih efektif dan efisien dalam pengajaran sehingga pemahaman murid pun bisa lebih maksimal.

Konkritnya ilmu pengetahuan oleh guru, dalam hal ini adalah paedagogi, seharusnya diikuti oleh berkembangnya teknik pengajaran guru tersebut. Dari sisi pandang ini, guru seharusnya tidak lagi hanya sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pembelajar. Dan seiring dengan pembelajarannya, guru akan memperoleh teknik-teknik pengajaran yang cocok dengan dirinya sendiri maupun dengan muridnya. Dengan teknik pengajaran tersebut, diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien bagi guru maupun muridnya.

Jadi, kesimpulannya adalah paedagogi pada awalnya hanya bersifat konseptual dan abstrak. Oleh karena itu, guru yang baik perlu mengkonkritkan konsep-konsep paedagogi tersebut sehingga dapat membantu mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, yaitu memahamkan murid-muridnya. Disinilah terletak arti dari paedagogi praktis tersebut, yaitu menerapkan ilmu-ilmu paedagogi yang awalnya abstrak dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta